Program YESS Memperkuat Agribisnis Petani Milenial Melalui Kelembagaan Ekonomi Petani

Program YESS Memperkuat Agribisnis Petani Milenial Melalui Kelembagaan Ekonomi Petani

Program YESS berupaya melakukan transformasi pedesaan dengan menumbuhkan peluang usaha, meningkatkan kapasitas generasi milenial agar berminat dan mampu berusaha serta bekerja di bidang pertanian, mendorong petani milenial saling berkolaborasi dalam agribisnis, dan membentuk kelembagaan ekonomi petani agar memiliki nilai tawar dan meningkatkan akses pada sumber permodalan. Dukungan pemerintah daerah sangat penting dalam mencapai target Program YESS dan menjamin keberlanjutan setelah proyek berakhir di tahun 2025.

Pelibatan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S), lembaga pendidikan, dan lembaga riset dalam memberikan pelatihan dan diseminasi teknologi pertanian yang tepat guna sangat bermanfaat bagi masyarakat pedesaan. Literasi usaha pertanian kepada lembaga pembiayaan/perbankan dilakukan dalam mendorong akses layanan produk keuangan dan permodalan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR). Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) melalui berbagai CSR diarahkan mendukung pembiayaan untuk tumbuhnya usaha pertanian di daerah. Begitu pula dengan dana desa didorong pada usaha pertanian yang produktif.

Read More

Karakter petani milenial yang adaptif teknologi dan mampu menerapkan smart farming akan mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian dan memberikan pendapatan yang layak bagi kehidupannya. Pemberikan pelatihan agribisnis mulai dari usaha hulu hingga hilir sangat diperlukan oleh petani milenial, termasuk literasi keuangan agar mampu mengakses sumber permodalan dan layanan keuangan/perbankan. Upaya memperkuat agribisnis petani milenial berbasis kluster komoditas dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Peningkatan Kapasitas Petani Milenial
Pengelolaan produksi hingga panen, pascapanen, pengolahan, pemenuhan persyaratan keamanan dan mutu, pemasaran, serta pengembangan usaha pertanian akan menuntut kemampuan SDM pertanian yang handal, untuk itu dapat dilakukan:

a. bimbingan teknis tematik dan kolaboratif dengan pelibatan multistakeholders, baik yang bersifat teknis pertanian maupun manajemen seperti literasi keuangan, pemasaran, pengemasan, contract farming, dan pengelolaan kebun/ lahan/ unit pengolahan hasil, dan lain-lain;
b. penempatan magang pelaku usaha di lokasi usaha yang lebih maju untuk mengadopsi proses bisnis maupun teknologi yang dilakukan;
c. digitalisasi pelatihan/ bimbingan teknis melalui e-learning/ platform digital dengan pendekatan komunitas (community based);
d. transfer inovasi teknologi berbasis teknologi tepat guna, untuk meningkatkan kualitas dan ragam produk sesuai kebutuhan pasar dan meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *