Sementara itu, Sandy selaku perwakilan mahasiswa Jabodetabek berharap pertemuan itu tidak hanya pada agenda 26 tahun reformasi. “Kita bisa bebas berorganisasi, kita bisa bebas beraspirasi, kita bisa bebas berkumpul tanpa mengintimidasi dan segala macam, hari ini kita mengadakan agenda untuk mengenang perjuangan teman-teman pejuang reformasi,” tegasnya.
Mereka juga menganggap situasi hari ini tidak bisa dianggap biasa saja. Program Tapera menjadi salah satu kebijakan pemerintah yang dianggap menyengsarakan rakyat.
Sementara itu, Petrik Rajagukguk mengingatkan bahwa mahasiswa dan pemuda harus kritis sebagaimana sejarah pergerakan dahulu. “Tidak terlepas dari apa proses awal dari pergerakan mahasiswa itu tumbuh muncul tentu berangkat dari kegelisahan sedang terjadi penindasan kita awali tahun 1998,” ujarnya.
Petrik mengatakan, berorganisasi melahirkan kebebasan berekspresi, melahirkan pemilu multipartai, hingga melahirkan demokrasi seperti yang diinginkan rakyat. Acara itu dilanjutkan penaburan karangan bunga kepada pahlawan reformasi di lokasi Universitas Mandiri Bina Prestasi.
Sedangkan perwakilan kampus yang mengikuti acara itu di antaranya Nommensen Medan, Unimed, UISU, Universitas Methodis, Universitas Panca Budi Medan, Universitas Santo Thomas (Unika Medan), Polmed Medan, dan Universitas Bina Prestasi Mandiri Medan.
(rca)