“Statement kayak mitra strategis itu buat saya, walaupun saya juga politisi ya, saya politisi yang menurut saya kata-kata ya sebenarnya penghalusan kata-kata lah ya. Tapi sekarang itu dia (PDIP) merasa harus bergabung dengan atau merasa perlu untuk bergabung (dengan Gerindra),” ujar Ade.
Ia mengaitkan langkah PDIP ini dengan dinamika internal partai, termasuk kasus Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, dan persiapan menghadapi Kongres PDIP pada April 2025 mendatang. Menurut Ade, Megawati Soekarnoputri harus berhati-hati terhadap berbagai rumor terkait upaya menggoyang posisinya sebagai ketua umum.
“Salah satu kebutuhan, salah satu kebutuhan adalah kasus Mas Hasto, itu satu. Kedua menjelang Kongres, April kira-kira dan Bu Mega menurut saya cukup harus berhati-hati dengan segala macam rumor tentang ada upaya Untuk menggeser dia kan. Jadi salah satu yang bisa memproteksi dia saat ini adalah menurut saya, dugaan saya, ini mungkin saya salah, saya minta maaf kalau saya salah, itu adalah kalau dia terlihat dekat dengan Pak Prabowo itu misalnya ya. Ini kan kita sedang menakar PDIP,” katanya.
Ade menilai pernyataan dan gestur politik yang muncul dari kedua belah pihak tidak pernah lepas dari tujuan tertentu. Ia bahkan menyebutkan bahwa penyebutan hal-hal sederhana, seperti kenangan masa lalu, bisa saja memiliki makna politis.
“Karena saya sebagai orang komunikasi selalu percaya, enggak ada pernyataan politik yang enggak ada tujuan, enggak mungkin ada pernyataan sekedar bahwa nasi goreng lah, diulang-ulang lagi ya, tanpa tujuan hanya karena dia ingin mengenang masa lalu,” kata Ade.
“Ada message nih, pesannya ke kubu Pak Prabowo kita kita sekarang udah enggak lagi berada posisi tegang ya. Kami bersedia untuk bicara, bertemu dan melihat kemungkinan-kemungkinan baru dalam hubungan kita ini,” katanya.
(abd)